Tari Radap Rahayu : Tarian Sakral Masyarakat Suku Banjar Kalimantan Selatan

Tari Radap Rahayu dari Kalimantan Selatan adalah Tarian Sakral Masyarakat suku Banjar - Kebudayaan suku Banjar juga dikenal sebagai kebudayaan khas Melayu yang tumbuh dan berkembang di daerah Kalimantan Selatan. Meski demikian, dengan begitu budaya Banjar tetaplah unik karena ini diperkaya oleh kebudayaan Dayak, Jawa dan Bugis. Dapat di lihat dari corak budayanya seperti itulah kemudian lahir beragam seni tradisi khas Banjar, salah satunya adalah Tari Radap Rahayu.

Tari Radap Rahayu

Tari Radap Rahayu

Tari Radap Rahayu ini merupakan tarian klasik yang menggambarkan dari turunnya para bidadari kayangan ke dunia untuk memberikan restu dan juga keselamatan. Tari ini dibawakan oleh beberapa penari perempuan yang berjumlahnya ganjil, 1, 3, 5, 7 dan seterusnya. Tarian ini juga disajikan dengan diselingi sebuah syair yang isinya itu mengundang makhluk-makhluk halus (bidadari) itu sendiri, tepatnya pada Gerak si Tapung Tawar.

Tari Radap Rahayu ini semulanya merupakan tarian sakral yang sangat erat kaitannya dengan tradisi Tapung Tawar (batapung tawar), yakni ritual dengan tujuan menolak bala. Seperti pada umumnya kesenian tradisional yang ada di daerah lain, seiring dengan perkembangan jaman, tarian ini pun mengalami perubahan, termasuk dari fungsinya. Saat ini Tarian Radap Rahayu lebih difungsikan sebagai tari penyambutan tamu.

Sejarah Tari Radap Rahayu

Cikal bakal dari tarian ini juga masih ada hubungannya dengan legenda di zaman Kerajaan Negara Dipa. Dimana diceritakan bahwa ada Patih Lambung Mangkurat yang pulang dari lawatannya ke Kerajaan Majapahit menggunakan sebuah Kapal Prabu Yaksa. Sayangnya, ketika baru sampai di Muara Mantuil atau pada saat memasuki Sungai Barito, kapal yang ditumpanginya tersebut oleng dan nyaris terbalik.

Di saat kejadian seperti itu, sang patih pun memuja “Bantam” yang berarti meminta pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar dirinya diselamatkan. Tidak lama kemudian turunlah 7 bidadari, langsung berada di atas kapal mereka dengan mengadakan upacara beradap-adap. Setelahnya kapal itu pun kembali normal dan ke tujuh bidadari tersebut kembali ke Kayangan.

Setidaknya dari cerita itulah yang tersebar luas ke masyarakat perihal asal mula dari tarian Radap Rahayu. Adapun di sisi lain ada masyarakat yang mengatakan bahwa tarian ini diciptakan oleh Pangeran Hidayatullah. Bisa jadi, pangeran Kesultanan Banjar tersebut menciptakan tarian Tari Radap Rahayu ini memang berdasarkan pada kisah diatas.

Tak heran kalau tarian ini sangatlah populer di lingkup Kerajaan Banjar. Selain tarian ini dipentaskan saat acara penobatan raja, juga biasa digunakan untuk menyambut tamu agung, serta saat upacara adat perkawinan. Apalagi sebagai tarian yang bersifat sakral, jadi fungsi utama tarian ini adalah sebagai bagian dari upacara Tapung Tawar (batapung tawar).

Tapung Tawar merupakan sebuah upacara yang dimaksudkan bertujuan untuk menolak bala. Dalam ritual tersebut biasa diperunjukkan tarian Radap Rahayu sebagai penolak bala, mewakili turunnya para bidadari dari kayangan ke bumi untuk memberi keselamatan. Oleh karena ini masih ada keterikatan inilah, sering kali Tari Radap Rahayu juga disebut Tari Tapung Tawar.

Adapun perkembangan dari tarian ini juga sempat mengalami mati suri. Sejak pada tahun 1928, Tari Radap Rahayu mulai dihidupkan kembali oleh tokoh masyarakat Banjar yaitu Kiai Amir Hasan Bondan. Beliau juga mendirikan sebuah kelompok yaitu tari PERPEKINDO (Perintis Peradaban dan Kebudayaan Indonesia) di Banjarmasin yang mana hingga saat ini masih melestarikan tarian ini.

Ragam Gerak Tari Radap Rahayu

Karena ini adalah tarian klasik sehingga gerakan-gerakan yang ada ini tidak berbeda jauh dengan gerak dari tari Banjar pada umumnya. Meskipun demikian, gerak dalam Tari Radap Rahayu ini tetaplah unik karena masih berkaitan dengan peristiwa yang membentuk kesejarahannya.

Secara keseluruhan gerak tari ini tetap ditandai oleh sebuah ciri umum. Sikap dada penari tegap dengan langkah-langkah yang tenang dan juga terukur. Gerak-gerak lengannya dengan variasi arah yang lebih luas, meski tetap dengan posisi stabil pada bagian siku. Gerak yang dihadirkan juga serba halus dan tertahan dengan gerak bagian leher yang terolah dalam berbagai variasi.

Untuk memperluas atau memvariasi, kemungkinan juga bentuk digunakan pula sebuah properti berupa selendang. Adapun untuk tarikan wajah yang tidak “dimainkan” hal ini merupakan sebuah tanda dari tarian. Adapun untuk ragam gerak dari tarian ini, diantaranya seperti Limbai Kisar, Lontang, Gegoreh Sembadra, Dandang Mangapak, Alang Manari, Gegoreh Srikandi, Mantang, Sembahan, Tapung Tawar, Puja Bantan, dan juga Angin Tutus.

Tata Busana, Rias & Properti Tari

Dalam penggunaan tata rias di dalam tarian ini adalah tata rias panggung yang mana ini tidak menonjolkan karakter tertentu. Maka digunakanlah sebuah rias yang cantik untuk memperjelas atau mempertegas sebuah garis-garis wajah para penarinya. Adapun untuk tata busananya, para penari ini menggunakan baju layang yang merupakan sebuah busana para remaja putri Kerajaan Banjar.

Selain itu, menggunakan sebuah hiasan di kepala (mahkota gunungan), Kalung Samban Barangkap, Kambang Goyang, Nating-anting Barumbai, Gelang Keroncong, Bunga Bogam, dan Catik Sirih. Adapun untuk properti dari tari yang digunakan cupu kecil (bokor) yang berisi bunga mawar merah dan warna putih yang nantinya  bunga itu ditabur sebagai simbol menghilangkan hal-hal yang tidak baik.

Alat Musik & Syair Pengiring Tari

Tarian ini juga disajikan dengan sebuah iringan alat musik tradisional khas Kalimantan Selatan yang disebut dengan Panting. Panting itu dimainkan dengan cara dipetik menggunakan sebuah alat yang berbentuk pipih yang terbuat dari tanduk kerbau. Permainan Panting ini biasa disebut dengan bapapantingan dengan diiringi sebuah lagu khas daerah Kalimantan Selatan.

Alat musik Panting ini biasa dimainkan bersamaan dengan peralatan pendukungnya. Dalam seni pertunjukan Tari Radap rahayu biasa juga digunakan alat musik lain, seperti Terbang atau Rebana, Gong, Biola, Seruling dan Babun. Selain musik, untuk tarian ini juga diiringi oleh nyanyian, syair lagunya sebagai berikut :


Dangar-dangar kami bagiau,

Dangar-dangar kami manyaru,

Ikam turun dikukus manyan,

ikam turun dikukus dupa.


Dangar-dangar kami bagiau,

Dangar-dangar kami manyaru,

Ikam turun jangan saurangan,

Bawa-I kawan nang sarasi.


Kami mainjam tangan nang dinginan,

Mamapai pusaka nang badatu,

Ikam turun jangan saurangan,

Bawa-I kawan nang sarasi.


Tampurung di bawah batu

Ikam turun baranak bacucu,

Sampailah baminantu,

Rukui rahayu di dalam nagari.


Penutup

Nah, demikianlah ulasan tentang Tari Radap Rahayu : Tarian Sakral Masyarakat Suku Banjar yang dapat kami sajikan. Semoga ini bisa bermanfaat dan bisa menjadi referensi bagi sobat semua. Terimakasih sudah membaca ulasan ini. Sampai jumpa lagi pada pembahasan seni tari tradisional yang lainnya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel