Pengertian Drama : Struktur, Unsur, Kaidah, Ciri Dan Contoh Naskahnya

Pengertian Drama menurut para ahli, Unsur, Struktur, Kaidah, Ciri-cirinya, jenis drama dan Contoh Naskah akan saya sajikan di kesempatan kali ini. Pasti diantara kalian sudah tidak asing lagi dengan Drama. Apalagi drama ini bukan sebuah hal yang tabu, karena Drama ini sangat sering dimainkan di sekolahan, di fim-film, youtube dan juga dalam kehidupan sehari-hari. Buat kalian yang sedang mempelajari tentang drama maka Anda sangat beruntung di mediasiana, karena kali ini saya akan membagikan sebuah artikel yang berisi ulasan pengertian drama, struktur drama, ciri-ciri ataupun jenis drama lengkap dengan contoh dramanya. Untuk itu, yuk silahkan simak ulasannya berikut ini..!


Pengertian Drama


Drama merupakan salah satu jenis karya sastra yang ditulis dalam bentuk naskah atau diperankan dalam suau pertunjukan. Drama dalam bentuk naskah berisi dialog antartokoh yan dilenkapi dengan keterangan lakukan dan situasi.



Pengertian Drama
Pagelaran Drama

Drama atau sandiwara merupakan karya seni yang mengungkapkan pikiran atau perasaan orang melalui perilaku (gerak mimik, ekspresi) dan ucapan (dialog). Darama telah ada sejak dulu, yaitu drama radisiona. Dahulu, orang-orang belum menuliskan jalan cerita dan dialog menjadi naskah drama sehingga hanya disampaikan melalui lisan secaa tuun-temurun. 

Drama tradisional bersumber dari cerita kehidupan sosial masa kini. Drama moderen berpatokan pada naskah drama yang telah disusun dan memuat unsur-unsur pembangunan tersebut.



Ciri utama drama 



  1. Berupa cerita.
  2. Berbentuk dialog.
  3. Bertujuan untuk dippentaskan.
Istilah drama sudah dikenal oleh masyarakat indonesia sejak dahulu. Hal itu terbukti dengan istilah-istilah yang sudah biasa kita gunakan, yang pengertiannya hampir sama dengan pengertian drama tradisional masyarakat.


1. Sandiwara


Istilah sandiwara diciptakan oleh Mangkunegara VII, berasal dari kat bahasa Jjawa sandhi yang berarti ‘rahasia’, dan warah yang berarti ‘pengajaran’. Oleh Ki Hajar Dewantara, istilah sandiwara sebagai pengajaran yang dilakukan dengan perlambang, secara tidak langsung.



2. Lakon 


Istilah ini memiliki beberapa kemungkinan arti, yaitu (1) cerita yang dimainkan dalam drama, wayang, atau film (2) karangan yang berupa cerita sandiwara, dan (3) perbuatan, kejadian,peristiwa.



3. Tonil


Istilah tonil berasal dari bahasa Belanda toneel, yang berarti ‘pertunjukan’. Istilah ini populer pada masa Belanda.



4. Sendratari


Sendratari merupakan kepanjangan dari seni drama dan tari. Sendratari berarti pertunjukan serangkaian tari-tarian yang dilakukan oleh sekelompok orang penari dan mengisahkan suatu cerita tanpa menggunakan percakapan.



5. Tablo 


Tablo merupakan drama yang menampilkan kisah dengan sikap dan posisi pemain, dibantu oleh pencerita.Pemain-pemain tablo tidak berdialog.



Unsur-Unsur Drama 


Cermati kembali teks drama didepan. Terlihat bahwa teks tersebut memiliki banyak kesamaan dengan jenis-jenis teks lainnya yang berbentuk cerita. Selain tema dan amanat, drama dibentuk oleh unsur-unsur seperti: alur, penokohan, latar, dan unsur-unsur lainnya.



1. Alur


Alur adalah jalan cerita yang disusun sedemikian rupa dari tahapan-tahapan peristiwa sehingga membentuk rangkaian cerita. Tahapan-tahapan dalam alur adalah sebagai berikut.



  • Tahapan awal, pada tahapan awal ini merupakan tahapan pengenalan tokoh-tokoh cerita serta perwatakan, latar, dan lain sebagainya.
  • Pemunculan konflik, tahap selanjutnya penonton diajak pada pengenalan konflik. Pada tahap ini, konflik yang merupakan bumbu agar suatu drama lebih menarik akan terjadi. Konflik-konflik ini tentunya melibatkan semua pemain (tokoh). Dalam tahap ini pula penonton akan mengenal alur dari cerita yang dibuat. 


  • Komplikasi, tahap komplikasi atau tahap peningkatan konflik, semakin banyak insiden-insiden terjadi. Beberapa konflik pendukung akan terjadi untuk menguatkan konflik utama pada alur cerita.


  • Klimaks, merupakan tahapan puncak dari konflik yang ada. Di tahapan ini merupakan tahap puncak dari ketegangan yang terjadi mulai awal certita.


  • Resolusi, merupakan tahap yang menunjukan jalan keluar dari setiap konflik yang ada. Teka teki pada setiap konflik yang terjadi pada awal-awal cerita akan terungkap pada tahap ini. Sering kali, perwatakan yang asli dari setiap tokoh akan muncul di tahap ini.


  • Akhir, pada tahap ini adalah bagian the ending of the story. Dalam tahap ini semua konflik telah terpecahkan dan merupakan akhir dari cerita.

Macam-macam alur dan merupakan akhir dari cerita, sebagai berikut :

  1. Alur maju (progresif), set cerita berjalan maju, mulai dari masa kini ke masa yang akan datang.
  2. Alur mundur (regresif), kebalikan dari alur progresif. Set cerita berjalan mundur, yang mana masa kini adalah sebuah hasil dari konflik-konflik yang terjadi pada masa lalu. 
  3. Alur campuran, alur cerita yang mencampurkan masa kini dengan masa lalu dan juga dengan masa depan. Disebut juga alur bolak-balik. Cerita dengan alur ini mengungkapkan konflik yang belum selesai dari masa lalu, masa sekarang, dan penyelesaian di masa depan. Saling terkait satu sama lain. 

2. Penokohan


Penokohan merupakan cara pengarang di dalam menggambarkan karakter tokoh. Dalm pementasan, drama mempunyai posisi yang penting. Tokohlah yang mengaktualisasikan naskah drama di atas pentas. Tokoh yang didukung oleh latar peristiwa dan aspek-aspek lainnya akan menampilkan cerita dan pesan-pesan yang ingin disampaikan. Berdasarkan perannya, tokoh terbagi atas tokoh utama dan tokoh pembantu.


  • Tokoh utama adalah yang menjadi sentral cerita dalam pementasan drama.
  • Tokoh pembantu adalah tokoh yang di libatkan atau dimunculkan untuk mendukung jalan cerita dan memiliki kaitan dengan tokoh utama. Tokoh utama setidaknya ditandai oleh emat hal, yaitu:

a. Paling sering muncul dalam setiap adegan.
b. Menjadi sentral atau pusat perhatian tokoh-tokoh lain.
c. Kejadian-kejadian yang melibatkan tokoh lain selalu dapat dihubungkan dengan peran tokoh utama: dan 
d. Dialog-dialog yang dilibatkan tokoh-tokoh lain selalu berkaitan dengan tokoh utama.

Dari segi perwatakannya, tokoh dan perannya dalam pementasan drama terdiri empat macam, yaitu tokoh berkembang, tokoh pembantu, tokoh stastis, dan tokoh serbabisa.


  1. Tokoh berkembang adalah tokoh yang awalnya seorang yang baik, pada akhirnya menjadi seorang yang jahat.
  2. Tokoh pembantu adalah tokoh yang diperbantukan untuk menyertai, melayani, atau mendukung kehadiran tokoh utama. Tokoh pembantu memerankan suatu bagian penting dalam drama, tetapi fungsinya tetap sebagai tokoh pembantu.
  3. Tokoh statis adalah tokoh adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan karakter dari awal hingga akhir dalam suatu drama. Misalnya seorang tokoh yang berkarakter jahat dari awal drama akan tetap bersifat jahat di akhir drama.
  4. Tokoh serba bisa adalah tokoh yang dapat berperan sebagai tokoh lain. Misalnya sebagai seorang tokoh yang bisa berperan sebagai seorang raja, tetapi ia juga bisa berperan sebagai seorang pengemis untuk mengetahui kehidupan rakyatnya.


3. Dialog


Dialog merupakan serangakaian percakapan dalam cerita. Teknik dialog amat penting bagi sebuah cerita. Masing-masing tokoh sangat dikuatkan dengan dialog yang diucapkan serta gaya dan mimik wajah.


Dalam sebuah dialog itu sendiri, ada tiga elemen yang tidak boleh dilupakan. Ketiga elemen tersebut adalah tokoh, wawancangan dan kramagung.


  • Tokoh adalah pelaku yang mempunyai peran yang lebih dibandingkan pelaku-pelaku lain, sifatnya juga bisa protagonis atau antagonis
  • Wawancang adalah dialog atau percakapan yang harus diucapkan oleh tokoh cerita
  • Kramagung adalah petunjuk perilaku, tindakan atau perbuatan yang harus dilakukan oleh tokoh. Dalam naskah drama kramagung dituliskan dalam tanda kurung (biasanya dicetak miring)

4. Bahasa


Bahasa yang digunakan dalam sebuah drama memiliki kekhasan yang mengacu pada budaya, kehidupan sehari-hari, sosial budaya, serta pendidikan. Bahasa digunakan untuk menhidupkan cerita, agar cerita senantiasa komunikatif. Apabila disajikan dalam bentuk pementasan, drama memiliki unsur lainnya, yakni sarana pementasan, seperti panggung, kostum, pencahayaan, dan tata suara. 



Struktur Teks Drama


Sebagaimana jenis teks lainnya drama terdiri atas bagian-bagian yang tersusun scara sistematis. Susunan bagian-bagian drama tersebut sebenarnya merupakan salah satu unsur drama, yakni yang bisa disebut dengan alur.


Struktur drama yang berbentuk alur pada umumnya tersusun sebagai berikut:



a. Prolog (Adegan Pembukaan)


Prolog kata pendahuluan dalam lakon drama. Prolog memainkan peran yang besar dalam menyiapkan pikiran penonton agar dapat mengikuti lakon (cerita) yang akan disajikan. Itulah sebabnya, prolog sering berisisinopsis lakon, perkenalan tokoh-tokoh dan pemerannya serta konflik-konflik yang akan terjadi di panggung.



b. Dialog (Percakapan)


Dialog adalah percakapan para pemain. Dialog memainkan peran yang amat penting karena menjadi pengarah lakon drama. Artinya, jalannya cerita drama diketahui oleh penonton lewat dialog para pemainnya.


Didalam dialog tersaji urutan peristiwa yang dimulai dengan orientasi, komplikasi, sampai dengan resolusi.


1). Orientasi adalah bagian awal cerita menggambarkan situasi yang sudah atau sedang terjadi


2.) Komplikasi berisi tentang konflik-konflik dan pengembangannya : gangguan-gangguan, halangan-halangan dalam mencapai tujuan, atau kekeliruan yang dialami tokoh utamanya. Pada bagian ini pula dapat diktehaui watatk tokoh utama (yang menyangkut protagonis dan antagonisnya).


3.) Resolusi adalah bagian klimaks (turning points) dari drama, berupa babak akhir cerita yang menggambarkan penyelesaiannya atas konflik-konflik yang dialami para tokohnya. Resolusi haruslah berlangsung secara logis dan memiliki kaitan yang wajar dengan kejadian sebelumnya.



c. Epilog (Adegan Akhir atau Penutup)


Epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan. Isinya biasanya berupa kesimpulan atau ajaran yang bisa diambil dari penonton drama yang baru disajikan. Berikut ini bagian struktur alur Drama secara singkatnya :


  • Prolog : Pengenalan, Watak, Tokoh, latar belakang cerita
  • Dialog : Orientasi, Konflikasi, Resolusi
  • Epilog : Penutup, Intisari Cerita

Kaidah Kebahasaan Drama 


Teks drama menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog atau epilog. Karena melibatkan banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang lazim digunakan adalah mereka. Lain  halnya dengan bagian dialognya, yang kata gantinya adalah kata orang pertama dan kedua. Mungkin juga digunakan kata-kata sapaan. Kata-kata ganti yang dimaksud misalnya aku, saya, kami, kita, kamu. Adapun kata sapaan, misalnya, anak-anak, ibu.

Sebagai mana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama juga tidak lepas dari munulnya kata-kata tidak baku dan kosakata percakapan, seperti kok, sih, dong, oh. Didalamnya juga banyak ditemukan kalimat seru, suruhan, pertanyaan.

Perhatikan contoh berikut!

a. Selamat pagi, Anak-anak!
b. Selamat pagi, buuuu!
c. Wah...jangan marah dong, aku kan Cuma bercanda!
d. Arga, kenapa sih kamu selalu usil!
e. Kenapa kamu selalu mengejek aku!
f. Memangnya kamu suka kalau diejek!
g. Aduh... maaf deh! Kamu marah ya, In?

Selain itu, teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut :

1. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi temporal), seperti : sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian.

2. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat.

3. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh, seperti : merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.

4. Menggunakan kata-kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, ramai, bersih, baik, gagah, kuat.

Aresiasi Drama


Film dan drama apa yang pernah kamu tonton? Film dan drama merupakan proyeksi cerita kehidupan yang dipentaskan. Film dan drama dipentaskan selain bermaksd untuk menghibur juga untuk mendidik. Ketika menyelesaikan film dan drama, kita tentu akan menemukan kelebihan dan kekurangan di dalamnya. Kelebihan tersebut tentu harus kita apresiasi. Begitupun dengan kekurangannya yang harus kita kritisi.

Sikap mengapresiasi/mengkritisi film dan drama dapat kita tuangkan dalam teks ulasan, yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap suatu karya (drama atau film). 

Mengulas suatu film dan drama mengharuskan kita untuk bersikap kritis. Sikap kritis ini sangat penting agar ulasan yang kita tulis tersebut berkontribusi bagi kemajuan film dan drama itu sendiri.

Teks ulasan yang baik dan benar harus disusun sesuai dengan struktur teks dan menggunakan kaidah kebahasaan, termasuk kaidah ejaan. Berikut ini adalah contohb kaiudah kebahasaan dalam ulasan teks film atau drama. 

Istilah 


Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat menggunakan makna konsep, proses, keadaan, termasuk kaidah atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Istilah khusus adalah istilah yang digunakan untuk bidang tertentu dan pemakaiannya hanya dipahamin oleh orang berkecipung dalam bidang tersebut.

Contoh:

Istilah umum : film, ikan, bunga.

Istilah khusus : komedi, gurame, mawar.

Sinonim dan antonim

Sinonim adalah kata yang memiliki bentuk berbeda, tetapi memiliki arti atau pengertian sama atau mirip. Contoh: “Obrolan orang itu mirip dengan dialog dalam film Romeo dan Juliet.”

Antonim adalah kata yang artinya berlawanan satu dengan yang lain. Contoh: “besar atau kecil bukanlah jaminan barang itu berharga atau tidak”

Verba/Kata Kerja


Verba aktif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau menunjukkan tindakan atau perbuatan. Contoh: “Putra memelihara ikan gurame”

Verba mental adalah verba yang menerangkan persepsi, afeksi, dan kondisi. Verba yang menerapkan presepsi antara lain adalah melihat dan merasa. Verba yang menerangkan afeksi antara lain suka, khawatir, dan kecewa. Sedangkan verba yang menerangkan kognisi antara lain berpikir dan mengerti. Pada verba mental terdapat partisipan pangindra dan fenomena.

Adjektiva dalam teks ulasan berfungsi untuk memberikan penilaian terhadap karya (film dan drama) yang diulas.

Menulis Teks Drama


Menulis Teks Drama dari Karya yang Sudah Ada

Pernahkah kamu menulis naskah drama? Pelajaran kali ini akan memperdalam kemampuanmu dalam menulis naskah drama. Banyak sumber yang dapat digunakan sebagai ide menulis naskah drama, cerita rakyat, kejadian sehari-hari, atau naskah yang bersumber dari naskah bentuk lain, misalnya, dari puisi, novel, dan cerpen.

Pernahkah kamu membaca cerpen dan sangat terkesan dengan isinya? Hal tersebut dapat kamu gunakan sebagai ide penulisan naskah drama. Kamu boleh membaca cerpen baru, kemudian nebgubahnya kedalam bentuk naskah drama.


Membuat naskah drama dari karya yang sudah ada tidak sesulit ketika membuatnya dengan ide sendiri. Hal ini karena ide cerita, alur, latar, dan unsur-unsur lainnya sudah ada. Kita tinggal mengubah formatnya kedalam bentuk dialog. Seperti yang kita ketahui bahwa ciri utama drama adalah bentuk penyajiannya berbentuk dialog yang modelnya sebagai berikut.


Next Drama

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel