Rumah Adat Jawa Tengah : Sejarah, Gambar dan Penjelasannya

Sejarah, gambar dan filosofi rumah adat jawa tengah akan saya uraikan dalam perjumpaan kali ini, untuk itu buat sahabat Mediasiana mari simak pembahasannya sampai habis ya. Setiap daerah yang ada di Indonesia pasti mempunyai kultur budaya masing-masing salah satunya adalah peninggalan leluhur mengenai Rumah Adatnya. Seperti halnya daerah Provinsi Jawa Tengah yang juga mempunyai bangunan rumah khas tersendiri bentuk dari rumah adatnya.


Rumah Adat Jawa Tengah : Sejarah, Gambar dan Penjelasannya


Berikut adalah bentuk dari rumah adat Jawa Tengah :


Rumah Adat Jawa Tengah : Sejarah, Gambar dan Penjelasannya


Rumah Adat Jawa Tengah ini biasa disebut dengan Rumah Joglo. Rumah Joglo adalah rumah yang bentuknya seperti kubusan yang atapnya menunjang ke atas. Rumah ini biasanya terbuat dari Kayu dengan atapnya dari Genteng. Sebenarnya rumah adat yang ada di Jawa Tengah ini tidak hanya rumah joglo saja ada juga rumah adat yang lainnya seperti rumah berbentuk limasan, rumah berbentuk panggangpe, dan rumah berbentuk kampung.

Pada jaman dahulu kala rumah Joglo ini mayoritas dimiliki oleh kaum bangsawan atau masyarakat yang mampu secara ekonomi (kaya). Karena dalam proses pembangunannya membutuhkan waktu yang cukup lama dan mengeluarkan biaya yang cukup banyak karena bahan bakunya yang tergolong mahal.

Alhasil dari hal tersebut Rumah Joglo ini dianggap masyarakat sekitar menjadi rumah kaum bangsawan, konglongmerat, pangeran. Akantetapi untuk dijaman ini rumah joglo sudah bisa dimiliki oleh siapa saja, dikarenakan bahan bakunya sudah banyak tersedia dan mudah untuk di dapatkan.


Rumah Joglo Rumah Adat Jawa Tengah

Pada mulanya Rumah Joglo ini berbentuk bujur sangkar dan terdapat empat tiang pokok ditengahnya contohnya seperti gambar yang pertama diatas. Tiang tengah tersebut dinamakan Soko Guru. Sementara untuk menopang dari tiang tersebut digunakan blandar bersusun yang disebut dengan tumpang sari.

Dikarenakan perkembangan zaman maka rumah joglo terdapat tambahan ruang, dan juga bagian elemen lainnya, namun dari segi desainnya tetap berbentuk persegi.

Bahan baku untuk membuat rumah joglo di jaman dulu yang paling diminati adalah dari Pohon Kayu Jati, namun karena bahan baku ini mahal maka rumah joglo bisa terbuat dari kayu sengon dan batang pohon kelapa.

Maka tak heran kalau biaya yang dikeluarkan banyak, karena kayu jati yang dibuat untuk rumah joglo ini memang terbilang mahal karena kewaetannya dan uga ketahanannya sebagai primadona.

Maka tak heran hingga sampai saat ini kalau rumah joglo yang terbuat dari kayu jati masih mampu bertahan walaupun untuk sekarang ini bahan baku rumah joglo sudah di campur dengan jenis kayu yang lainnya.

Seperti apa yang saya utarakan diatas, bahwa atap dari rumah joglo ini adalah dari genteng tanah liat, maka tak heran kalau saat berada di dalam rumah joglo suhunya sejuk dan dingin. Kalau jaman dulu atap genteng ini hanya dimiliki oleh kaum elit dan untuk masyarakat biasa biasa menggunakan atap rumah joglo dari ijuk, jerami, dan alang-alang sebagai atapnya.

Atap dari rumah joglo memang bertingkat-tingkat tentu hal ini terdapat filosofi tersendiri. Selain itu, sirkulasi udara dari rumah joglo juga baik. Bentuk atap rumah joglo ini seperti trapesium dengan perpaduan dua bidang atap segitiga. Bahkan kemiringan pada atap rumah joglo terletak di tengah-tengah dan di apit oleh atap serambi.

Gabungan atap dari rumah joglo ini ada dua macam, yaitu atap yang pertama di sebut dengan atap Joglo Lambang Sari dan yang kedua Atap Lambang Gantung. 

Atap Joglo Lambang sari adalah atap joglo yang di sambungkan dengan atap serambi. Sedangkan atap Lambang Gantung adalah atap yang gabungan antara kedua atap tersebut yang menyisikan lubang-lubang uadara.

Dalam mendesain rumah joglo tidak bisa sembarangan karena desain rumah joglo sudah mengeruut menjadi beberapa kategori atau jenis diantaranya seperti Rumah Joglo Pangrawit, Sinom, Hangeng, Mangkurat, Tinandhu, Jompangan dan Limasan Lawakan.


Filosofi Rumah Joglo



Rumah Joglo Rumah Adat Jawa Tengah

Filosofi dari nama Rumah Joglo ini penuh dengan makna. Nama ini berasal dari kata "tajug" dan "loro", artinya adalah ini menggabungkan dua tajuk. Jadi rumah yang menyerupai tajug yang digabungkan (ada dua taug) dan menyerupai gunung.

Karena masyarakat suku Jawa Tengah mempercayai bahwa simbol gunung ini adalah sebuah simbol yang sakral. Karena menurut adat suku jawa kuno Gunung adalah tempat tinggal para Dewa. Maka dari itulah ada dua tajug yang digunakan sebagai rumah adat Jawa Tengah. Kemudian ke empat pilar dari rumah Joglo tersebut ada empat yang dimaknai dengan arah mata angin seperti Timur, Selatan, Utara dan Barat.

Bagian-bagian Rumah Joglo

Rumah Joglo terdiri dari tiga bagian diantaranya ada : bagian depan (pendapa), tengah (pringgitan), dan ruang tengah (dalem). Dalam pembagian bagian dari rumah Joglo ini terdapat prinsip hiraraki yang unik. Artinya adalah pada bagian depannya bersifat Umum, sementara bagian belakang bersifat khusus serta untuk dapat mengakses ke ruangan rumah joglo ini juga berbeda-beda mungkin tergantung seberapa dekat orang luar dengan pemilik rumah joglo itu sendiri.


Bagian-bagian Rumah Joglo :


Ada beberapa bagian dari rumah Joglo yang wajib kita ketahui selaku generasi bangsa khususnya orang asli Jawa Tengah, berikut ulasannya :

1. Pendapa

Pendapan adalah bagian dari rumah joglo yang berada di depan rumah. Hal ini mempunyai makna orang jawa itu ramah dan terbuka. Agar tamu yang datang bisa duduk maka bagian ini dilengkapi dengan alas tikar. Penggunaan tikar ini juga mempunyai makna bahwa antara tamu dengan tuan rumah tidak ada kesenjangan artinya semua adalah sama seperti keluarga.

2. Pringgitan

Pada bagian ini biasanya dijadikan sebagai ruangan pagelaran wayang. Biasanya digunaan untuk upacara ruwatan. Pada bagian ini pemilik rumah menyimbolkan sebagai Dewi Sri. Karena Dewi Sri ini adalah dewa yang dianggap sebagai sumber kehidupan, kesuburan dan kebahagiaan.

3. Dalem (ruang utama khusus untuk Keluarga)

Di bagian ini terdapat ruang kamar yang di sebut Senthong. Jaman dulu Senthong ini hanya dibuat tiga bilik saja, diantaranya Kamar untuk keluarga laki-laki, kamar kedua di kosongkan dan kamar ketiga untuk keluarga perempuan.

Mengapa kamar yang kedua itu di kosongkan ?

Kamar yang kedua memang sengaja di kosongkan untuk ruangan dalam menyimpan pusaka, hal ini sebagai pemujaan untuk Dewi Sri. Ruangan ini dianggap bagian rumah yang paling suci. Meskipun kamar ini di kosongkan namun tetap di lengkapi dengan tempat tidur dan perlengkapannya.

Kamar kosong yang kedua tersebut juga bisa digunakan untuk pengantin baru, jadi masyarakat suku jawa memang sudah memikirkan baik buruknya suatu perkara sampai dengan hal yang sepele, maka dengan demikian keluarga yang baru menikah bisa tidur di ruangan kosong ini agar tidak tercampur tidur dengan anggota keluarga yang lainnya.

Nah, inilah sejarah dan filosofo dari rumah adat Jawa Tengah yang penuh dengan makna. Semoga dengan adanya ulasan ini kita tidak melupakan sejarah dan mencintai serta melestarikan adat istiadat budaya yang ada di Indonesia.

Karena warga yang baik atau bangsa yang baik adalah mereka yang tidak melupakan sejarah. Sejarah adalah suatu pelajaran dan pengalaman bagi generasi bangsa. Mungkin cukup sekian pembahasan tentang rumah adat Jawa Tengah, semoga pembahasan kali ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dari saya sampai bertemu lagi di pembahasan rumah adat yang lainnya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel