Teknik Pengumpulan Data Penelitian Menurut Prof Dr Sugiyono

Teknik Pengumpulan data penelitian dapat dilakukan berbagai setting, berbagai sumber, berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, dan dimana saja menurut kita tepat dan mempunyai karakteristik.

Adapun dilihat dari segi cara atau tehnik dari pengumpulan data maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interviw (wawancara), Kuesioner (angket), observasi (pengamatan). dan gabungan ketiganya.

Pada postingan kali ini aku akan menguraikan pengumpulan data berdasarkan tekniknya yaitu wawancara, angket, dan juga observasi menurut Prof. Dr. Sugiyono

A. Interview (Wawancara)
wawancara digunakan untuk melakukan pendahuluan apabila peneliti ingin menemukan permasalahan yang harus diteliti. Wawancara juga dilakukan apabila peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang informasi yang digaliya melalui responden.

Wawancara dibedakan menjadi dua, yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur dapat digunakan kalau peneliti sudah mengetahui hasil yang nantinya akan didapatkan. Sebaliknya wawancara tidak terstruktur digunakan peneliti jika peneliti belum tahu apa permasalahan yang sebenarnya terjadi, jadi bentuk wawancaranya tidak sistematis hanya garis-garis besar saja dalam pertanyaan mengupas suatu pernyataan yang ada pada responden.

B. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk jawabannya.Kuesioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang efisien. Adapun prinsip penulisan angket sebagai berikut:

1. Isi dan tujuan pertanyaan
Apabila dalam penelitian ingin mengungkap suatu masalah dengan ukuran, sebaiknya dalam isi pertanyaan disesauikan dengan kebtuhan penelitian

2. Bahasa yang digunakan
Dalam menyajikan sebuah angket hendaknya disesuaikan dengan kemampuuan bahasa responden, jangan sampai bahasa yang digunakan dalam penulisan angket membuat responden bingung memahami pertanyaannya. Bisa menggunakan bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah sesuai dengan jenjang kemampuan calon responden.

3. Tipe dan bentuk pertanyaan
Adapun tipe dalam bentuk pertanyaan ada yang bersifat terbuka dan tertutup (privasi), maka hendaknya dipertimbangkan hal ini agar nantinya respoonden dapat mengungkapkan jawaban sesuai dengan hati nuraniya artinya tidak ada kewas-wasan dalam menguraikan jawaban.

4. Pertanyaan tidak mendua
Hendaknya pertanyaan tidak terdoble artinya tidak ada pertanyaan yang terulang karena hal ini dapat menyulitkan responden dalam memberikan jawabannya.

5. Tidak menanyakan yang sudah lupa
Hendaknya juga tidak mempertanyakan suatu hal yang cukup lama atau pertanyaan yang membuat responden berfikir berat dalam mengingat suatu jawaban dari pertanyaan tersebut.

6. Pertanyaan tidak menggiring
Hendaknya pertanyaan tidak bersifat menggiring, contoh: bagiamana bonus yang diberikan perusahaan setiap bulannya? pasti mayoritas jawabannya baik, contoh lain, Bagaimana prestasi kerja anda selama setahun ini ? pasti jawabannya baik.

7.Panjang pertanyaan
Pertanyaan dalam angket hendaknya padat dan jelas, artinya tidak panjang dan membuat responden bingung dan susah memahami pertanyaan dan mengakibatkan jawaban yang di dapat tidak kongkret.

8. Urutan pertanyaan
Hendaknya dalam membuat pertanyaan dari hal umum dahulu baru ke hal yang spesifik.

9. Prinsip pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden hendaknya berisi pertanyaan yang dapat mengukur variabel yang telah ditentukan.

10. Penampilan Fisik Angket
Buatlah tampilan angket dengan trulisan yang jelas jangan sampai tulisan yang ada pada angket buram atau samar-samar dan tidak menarik hal ini akan membuat responden suah dan kurang perduli dalam memberikan jawabnnya.

 C. Obersvasi
Observasi dilakukan apabila peneliti ingin mengetahui perilaku manusia seperti proses kerja, gejala-gejala alam, dan perilaku pekerja. Observasi juga dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Observasi berperan serta(participant observation)
Obervasi berperan partisipan dilakukan apabila peneliti ingin mengetahui bagimana rasanya menjadi seorang respondennya, bisa juga ikut sebagai karyawan dan nimbrung di aktifitas tersebut dia ingin mengetahui bagimana semanat kerja karyawan dan baigaman hubungan sesama karyawan.

2. Observasi nonpartisipan
Kalau observasi nonpartisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, namun peneliti tidak langsung terlibat hanya sebagai pengamat, contohnya seperti di suatu tempat pemungutan suara (TPS) peneliti berbaur dan dapat mengamati perilaku masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya ataupun juga observasi dengan KPPSnya.

Adapun dalam obervasi ada yang bersifat struktur atau sudah dirancang dengan sistematis dan observasi tidak terstruktur atau tidak sistematis adapun hal ini terjadi karena peneliti tidak tahu bagaimana cara merancang observasi tersebut secara terstruktur. 

Sumber: Sugiyono (2013:137-146)

Daftar Pustaka: Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Alfabeta, Bandung, 2013.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel