Kisah Perjalanan Mahasiswa - Melangkah Ke Negeri Jiran

Kisah Perjalanan Mahasiswa di Negeri Jiran - Setiap manusia di dunia ini memiliki sebuah mimpi, sebuah harapan yang tentu ingin menjadi suatu kenyataan. Teringat sosok penulis yang banyak di idolakan, tanpa terkecuali diriku. “Bermimpilah dalam hidup, jangan hidup dalam mimpi” kata-kata yang sampai sekarang aku selalu ingat, sebagai seorang penulis hingga karyanya di buatkan sebuah film, bagi Andrea Hirata tentu bukan suatu hal yang mudah. 

Salah satu karyanya yang kita kenal Laskar Pelangi memberikan pembelajaran bagi siapa saja yang mengikuti kisahnya, tanpa terkecuali diriku. Aku ingin terbang, mungkin seperti burung di taman yang ku pandangi, namun apakah aku ini bisa?

Perjalanan Mahasiswa Melangkah Ke Negeri Jiran


Perjalanan Mahasiswa Melangkah Ke Negeri Jiran

Terlahir dari keluarga yang memiliki keterbatasan biaya, tak membuatku untuk mengubur sebuah mimpi. Untuk bisa berkuliah saja, itu salah satu mimpi yang terwujud. Sadar akan perekonomian keluarga yang tak memungkinkanku untuk membebani biaya kuliah sehingga aku mendapatkan jawaban, iya Bidikmisi namanya. Bisa melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri membuatku setidaknya bisa membahagiakan keluarga, ini menjadi suatu jembatan agar aku bisa mengangkat derajat orangtuaku kelak. 

Mendapatkan pernyataan-pernyataan yang kurang enak selalu kudapatkan oleh masyarakat sekitar, disisi lain aku memiliki kebanggaan namun disisi lain aku merasa seperti masyarakat sekitarku tak mempercayai. “Gak kerja dek?”, “Kerja dimana?”, itu salah satu pertanyaan-pertanyaan yang kudapatkan namun aku jawab dengan mudah bahwa diriku saat ini hanyalah mahasiswa. 

Mendengar jawabanku, ada beberapa yang memberiku selamat atas status kemahasiswaanku ini namun disisi lain ada yang tak mempercayai bahwa aku ini kuliah, ada pun yang mengangap bahwa aku hanya kuliah bermodalkan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu). 

Ini sangat menyakitkan, karena untuk bisa lolos ke PTN dengan beasiswa Bidikmisi bukan hanya sebuah SKTM saja, namun ada seleksi yang harus aku lalui dan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sehingga aku sadar, bahwa aku harus memberikan sebuah jawaban dengan membuat mimpi-mimpiku bisa nyata.  

 Aku menikmati masa kuliahku, tanpa memandang status, gender, mau itu mahasiswa reguler atau Bidikmisi di perkuliahan tidak mempermasalahakan yang terpenting bagaimana kita bersikap. Mengukir prestasi tentu sebuah tujuanku di masa perkuliahan ini, aku tak mau jika perkuliahanku hanya berisikan belajar di kelas atau aktif organisasi saja. 

Aku masih punya banyak mimpi yang harus aku raih, salah satunya bisa naik pesawat. Banyak yang bilang jika naik pesawat itu mahal apalagi jika ke luar negeri, tentu itu membuatku harus bekerja keras untuk mengumpulkan uang. Namun bagaimana jika itu didapatkan secara gratis? Ah itu mimpi, iya itu memang mimpi tapi jika aku hanya diam tentu itu akan hanya menjadi sebuah mimpi sehingga aku harus bisa mewujudkan mimpi itu menjadi kenyataan.

Sadar aku hanya sebatas mahasiswa Bidikmisi yang untuk kuliah saja aku menggunakan beasiswa bagaimana bisa ke luar negeri. Ketika aku mendapatkan informasi program student exchange ke Malaysia secara gratis dari Scholarion, tanpa berpikir panjang aku daftar saja. Bermodalkan niat dan tekad aku lakukan untuk bisa mendapatkannya. 

Melihat kuota hanya untuk 25 orang saja aku mencoba bersaing dengan mahasiswa se-Indonesia yang ikut mendaftar. Perjalanan seleksi ke Malaysia tidak semudah itu, karena seleksi dibagi dua tahap yang mana tahap pertama membuat suatu esai dan tahap kedua membuat suatu kreatifitas. 

Aku sangat bersyukur langkah awalku lolos di tahap pertama dan masuk ketahap kedua, dengan diberi waktu hanya satu minggu untuk membuat suatu kreatifitas jujur ini sangat sulit bagiku karena diminggu tersebut jadwal kuliah dan organisasi membuatku tak banyak waktu untuk membuatnya dan hasilnya aku hanya membuat kreatifitas seadanya, hasilnya? Tentu itu belum pantas menghantarkanku untuk melangkah ke negeri Jiran.  

Sedih itu sifat manusiawi, namun aku berpikir jika aku berlarutlarut dalam kesedihan tak akan membuatku bisa bangkit lagi.

Singkat cerita yang aku tahu pemdaftaran ini dibagi dua gelombang namun betapa terkejutnya aku jika ternyata mereka membuka gelombang ke tiga, yang aku pikirkan 25 kuota ini hanya di bagi dua gelombang saja ternyata tidak. Disisi aku seperti mendapatkan bisikan hati bahwa ini sebuah jawaban bahwa aku harus mencoba lagi. Lagi-lagi aku diberikan kesempatan untuk lolos di tahap pertama dan lanjut ke tahap kedua, yang mana sebelumnya aku harus terhenti disini. 

Aku tak mau jatuh lagi ke lubang yang sama, sehingga aku benar-benar memanfaatkan waktu seminggu ini untuk bisa membuat suatu kreatifitas yang mampu mengantarkan aku ke negeri Jiran, lagi-lagi aku dihadapkan jadwal yang padat di organisasi yang mana di minggu ini akan dilaksanakan camp untuk mahasiswa baru sebagai ujuang acara kaderisasi mahasiswa baru dan aku terlibat didalamnya sebagai panitia. 

Aku tidak mau gagal lagi, aku tidak mau melewatkan kesempatan emas ini lagi namun aku tidak mau juga meninggalkan tanggungjawabku. Setiap hari pulang malam karena rapat, membuat waktu untuk membuat kreatifitas ini berkurang namun dorongan teman dan keluarga memberikan semangat untukku dan akhirnya aku bisa menyelesaikan kreatifitas ini dan mengirimkan di menit-menit akhir batas pengiriman membuatku sedikit lega. 

Disini aku hanya bisa pasrah dan berdoa semoga usahaku ini tidak sia-sia karena aku tahu jika proses tidak akan menghianati hasil. Tibalah di waktu pengumuman, dimana seleksi sebelumnya aku sudah memiliki perasaan tidak akan lolos ternyata memang tidak lolos, namun dikesempatan kedua ini aku perbanyak positif thinking bahwa aku bisa lolos karena saya tahu ucapan merupakan sebuah doa yang membuatku terus berdoa tak henti-hentinya. Tuhan menjawab doaku, “aku lolos!”. 

Bisa merasakan terbang menggunakan pesawat terjawab sudah, aku merasa ini seperti berada dalam mimpi walau terdengar seperti kampungan namun faktanya ini memang mimpiku, hal yang mungkin orang dengan mudah mendapatkannya namun tidak bagiku. Rasanya beda jika kita mendapatkan apa yang kita inginkan dengan hasil keringat sendiri, ketika mungkin orang dengan mudah naik pesawat ke luar negeri dengan mengeluarkan uang disini aku merasa mendapatkan kepuasan batin yang mana aku mendapatkannya secara gratis dengan mengikuti seleksi dari Scholarion. 

Menginjakkan kaki langsung di Malaysia membuatku terharu karena yang selama ini aku lihat di internet atau televisi kini aku melihat langsung, gambaranku mengenai negeri Jiran ini sama saja dengan Indonesia, ketika aku melihat langsung ternyata banyak sekali perbedaan-perbedaan yang bisa di komparatifkan. Selain itu aku diberikan kesempatan untuk merasakan belajar mengenai ekonomi di Universiti Tun Abdul Razak, bagaimana kondisi ekonomi negeri Jiran ini sehingga aku bisa komparatifkan dengan Indonesia. 

Selain itu bisa belajar mengenai sosial budaya di University of Malaya, yang aku tahu ini merupakan universitas terbaik di Malaysia yang sekarang aku bisa mendapatkan pelajaran langsung oleh dosen ditempat tersebut. Tentu ini bukan suatu hal yang mudah dan tidak semua orang bisa seberuntung aku, yang aku bisa lakukan hanyalah bersyukur, bersyukur dan bersyukur.

Setiap manusia di dunia ini ingin terlahir dengan kemampuan-kemampuan yang bisa dibanggakan di dalam kehidupannya yang kelak dapat di banggakan oleh masyarakat. Manusia merupakan salah satu karya Tuhan yang indah dengan keunikannya masing-masing. Kondisi ekonomi keluarga yang tergolong tidak berkecukupan tak membuatku membatasi mimpi, seperti terbang menggunakan pesawat ke luar negeri merupakan suatu pencapaian luar biasa dalam hidupku. 

Hal tersebut setidaknya membuat keluargaku bangga dengan pencapaian ini dan masyarakat sekitarku bisa ikut bangga. Bisa melangkah ke negeri Jiran membuat tamparan dalam hidupku, jika dunia ini luas dan aku harus bisa menjelajahi. Bukan hanya sebatas mampir di setiap negara, melainkan mencari ilmu yang bisa didapat dan dikembangkan di Indonesia nantinya aku bisa kembangangkan serta membangun negara ini menuju ke arah yang jauh lebih baik.

Teringat sosok Anies Baswedan yang berkata “Lokasi lahir boleh di mana saja, tapi lokasi mimpi harus setinggi langit”. Ketika mereka bisa, kenapa aku tidak? Kondisi ekonomi bukan halangan untuk kita berkembang untuk bisa terus berprestasi, berprestasi dan terus berprestasi. 

Judul Paten : Melangkah Ke Negeri Jiran
Penulis : Septia Abdul Rouf 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel