50 Contoh Tari Berpasangan Asal Indonesia Beserta Daerah Asalnya

Contoh Tari Berpasangan yang berasal dari Indonesia lengkap dengan daerah asal, gambar dan penjelasannya, tentu hal ini wajib kalian ketahui sebagai generasi bangsa yang cinta akan ragam budaya Indonesia. Indonesia memiliki kekayaan seni dan budaya yang melimpah. Tari merupakan salah satu kesenian Indonesia dengan beragam bentuk dan jenis. Baca Juga : 57 Tari Tunggal yang ada di Indonesia dari Berbagai Daerah

Contoh Tari Berpasangan Asal Indonesia

Contoh Tari Berpasangan Asal Indonesia

Setiap daerah yang ada di Indonesia pasti memiliki ciri khas tari masing-masing dari adat istiadat dan seni budayanya, bahkan setiap daerahnya memiliki ketentuan gerak tari yang berbeda-beda. Nah, berikut ini adalah 20 contoh tari berpasangan yang ada di Indonesia yang akan saya sajikan dalam kesempatan ini, untuk itu mari simak pembahasannya sebagai berikut.

blogsiana.com

Berikut adalah kumpulan Tari Berpasangan yang Ada di Indonesia :


1. Tari Serampang Dua Belas (Sumatera Utara)


Tari Serampang Dua Belas (Sumatera Utara)

Diciptakan oleh Guru Sauti, tari ini memiliki 12 ragam gerakan. Seluruh gerakan menceritakan proses perkenalan laki-laki dan perempuan hingga sampai pada tahap pernikahan. Tari Serampang Dua Belas juga dikenal di daerah luar sekitar Sumatera Utara  karena merupakan tari tradisional melayu.

Pada masa Soekarno, tarian ini sempat mengalami masa kejayaan. Namun popularitasnya kemudian menurun akibat perubahan zaman. Karena itu, pemerintah daerah kemudian berusaha melestarikannya dengan cara mengadakan festival. Pada 2014  tari ini juga ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda.


2. Tari Gandai (Bengkulu)


Tari Gandai (Bengkulu)

Menurut kepercayaan masyarakat Mukomuko, Bengkulu, tari Gandai muncul dari kisah Puti Bungsu dan Malin Deman. Saat itu, dikisahkan bahwa 6 orang saudara Puti bungsu melakukan tarian ini untuk menghibur Malin Deman. Suling (serunai dari bambu pun kemudian dibuat oleh Malin Deman untuk mengiringi tarian ini. 

Dalam pementasannya, tari Gandai memang dilakukan secara berkelompok dengan jumlah tidak terbatas. Namun, kelompok tersebut jumlahnya harus genap sehingga setiap penari mempunyai pasangan masing-masing. 

Tarian ini biasanya ditampilkan sebagai hiburan pada berbagai perayaan, misalnya pesta perkawinan. Untuk menyambut tamu pada acara resmi pun tarian ini bisa digunakan.


3. Tari Campak (Bangka Belitung)

Tari Campak (Bangka Belitung)

Pada tari berpasangan yang berasal dari Bangka Belitung ini, tampak adanya gaya Eropa pada alat musik hingga pakaiannya. Hal ini disebabkan oleh proses akulturasi yang terjadi pada masa pendudukan Portugis. Penggunaan akordeon sebagai pengiring tari adalah salah satu tandanya.

Selain itu, penari campak juga menggunakan rok lebar seperti pada tari Vira dan tari Zwiefacher dengan 3 kombinasi warna cerah. Ini berbeda dengan tari tradisional Indonesia umumnya yang menggunakan kain sebagai bawahan. Pakaian penari laki-laki tampak lebih Melayu dengan penggunaan tanjak sebagai tutup kepala.



4. Tari Tauh (Jambi)

Tari Tauh (Jambi)

Berasal dari Kabupaten Bungo, tari Tauh merupakan tari pergaulan antar pemuda. Tarian ini biasa ditampilkan ketika ada gotong royong menuai padi atau yang disebut Beselang Gedang. Tidak sebatas itu, acara resmi pemerintah pun terkadang juga menampilkan pertunjukan tari Tauh.

Terdapat 4 pasang laki-laki dan perempuan yang menampilkan tari ini. Gerakan-gerakan mereka diiringi oleh berbagai alat musik. Misalnya biola, gong, gendang, hingga kelintang. Karena diisi dengan pantun, maka durasi tarian ini tergantung kepada panjang pantun yang akan ditampilkan.


5. Tari Ketuk Tilu (Jawa Barat)

Tari Ketuk Tilu (Jawa Barat)

Tari Berpasangan asal Indonesia yang ke lima adalah Tari Ketuk Tilu dari Provinsi Jawa Barat. Nama Ketuk Tilu berasal dari alat musik yang mengiringi tarian ini. Terdapat 3 ketuk atau bonang yang merupakan pengiring utama. Selain itu, terdapat juga kendang dan gamelan sebagai pengiring tambahan.

Untuk pakaiannya, penari wanita menggunakan kebaya dan berbagai aksesoris layaknya seorang ronggeng. Sementara penari pria mengenakan baju kampret dan celana pangsi, serta ikat kepala. Dari gerakannya, tarian ini cenderung mengarah kepada suasana romantis dan gembira.

Terdapat 3 unsur dalam tari Ketuk Tilu, yaitu tetabuhan, tarian, dan nyanyian. Tari pergaulan ini disebut-sebut sebagai cikal bakal munculnya tari Jaipongan.




6. Tari Sirih Kuning (Jakarta)


Tari Sirih Kuning (Jakarta)

Pertunjukan tari berpasangan dari Jakarta ini memiliki iringan musik tersendiri yang disebut Gambang Kromong. Orkes ini adalah perpaduan antara musik Tionghoa dengan gamelan. Hal ini wajar karena sejarahnya berasal dari seorang tuan tanah Tionghoa yang selalu mempertunjukkan tarian wanita di setiap perayaan.

Setidaknya terdapat 3 ragam gerakan dalam tari Sirih Kuning ini. Tari diawali dengan sikap tangan setengah merentang dan kaki agak merendah. Kemudian ada gerak nandak dua yang ditandai dengan ayunan kaki yang dilakukan seperti menggenjot.

Gerakan kedua tersebut diiringi dengan ayunan tangan ke atas, kiri dan kanan secara bergantian. Tangan dan kaki harus seimbang harus bergerak secara seirama. Setelah hitungannya selesai, terdapat gerakan sembah cina. Penari posisinya berlutut dengan tangan mengepal di depan.




7. Tari Beksan Wireng (Jawa Tengah)


Tari Beksan Wireng (Jawa Tengah)

Cerita yang ditonjolkan dalam tari Beksan Wireng ini adalah sisi keprajuritan. Penarinya pun terdiri dari 2 pasang laki-laki dengan properti berupa pedang dan perisai. Semua penari mengenakan pakaian yang sama.

Pada awal tarian, penari akan melakukan gerakan-gerakan yang serupa dengan posisi searah dan membentuk 4 sudut segiempat. Kemudian, arah berubah menjadi berhadapan namun masih melakukan jurus-jurus di udara. Setelah itu barulah kedua pasangan penari melakukan gerakan duel satu lawan satu.


8. Tari Golek Menak (DI Yogyakarta)


Tari Golek Menak (DI Yogyakarta)

Dalam sejarahnya, tari ini merupakan ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Proses penciptaannya yang terinspirasi dari wayang bisa dikatakan cukup lama. Sejak munculnya ide awal pada tahun 1941, tari ini baru dipentaskan pertama kali pada 1943, itu pun belum disempurnakan.

Penyempurnaan baru dilakukan pada 1988 dan hasilnya ditampilkan pada 1989. Pakaian yang digunakan dalam tari ini bersifat tertutup dan berlengan panjang. Di dalam tarian juga terdapat dialog yang menggunakan bahasa Bagongan. Baca Juga ulasan seni tari lainnya di : Mediasiana.iD


9. Tari Karonsih (Jawa Timur)


Tari Karonsih (Jawa Timur)

Karonsih berasal dari kata sakloron tansah asih yang artinya keduanya saling mengasihi. Dari namanya, dapat ditebak tarian ini mengisahkan kasih sayang antara dua sejoli. Tidak mengherankan karena tarian ini konon merupakan kisah cinta dan kesetiaan antara Dewi Sekar Taji dengan Panji Asmarabangun.

Dengan latar belakang tersebut, tari Karonsih memang pas ditampilkan dalam pesta perkawinan. Pertunjukan pun ditarikan oleh sepasang penari, laki-laki dan perempuan. Sebelum itu, biasanya ada acara Cucuk Lampah, yaitu proses mempelai menuju pelaminan yang dibimbing oleh penari laki-laki.

Tarian ini memiliki gerakan yang cukup lambat namun anggun. Gerakan ini didukung dengan tembang Jawa yang mengiringinya. Ketika melihat tarian Karonsih, penonton akan disuguhkan penampilan penari dengan aksesoris lengkap. Hal ini memberikan 2 kesan sekaligus, yaitu rasa tradisional zaman dulu dan kemegahan kerajaan. 


10. Tari Legong (Bali)


Tari Legong (Bali)

Dilihat dari namanya, tari Legong berasal dari 2 kata, yaitu leg (tarian) dan gong (instrumen musik). Nama ini sesuai dengan pembawaan tari itu sendiri yang tidak terlepas dari iringan gamelan. Terdapat banyak jenis tari Legong, yang tertua adalah tari Legong Lasem. Selain itu, ada juga Legong Asmaradana, Legong Jobog, Legong Andir, dan lain-lain.

Awalnya tarian ini merupakan tari eksklusif di lingkungan istana. Sifatnya pun sakral sehingga yang boleh menarikannya adalah perempuan yang belum mengalami menstruasi. Namun saat ini tari Legong sudah bebas dibawakan, baik dari segi lingkungan mau pun penarinya. 




11. Tari Cendrawasih (Bali)

Tari Cendrawasih (Bali)

Terinspirasi dari burung, tari Cendrawasih ditampilkan oleh dua penari yang berperan sebagai sepasang burung cendrawasih. Kedua penari biasanya sama-sama perempuan, tetapi salah satunya akan berperan sebagai cendrawasih jantan. Dalam pertunjukan, si betina akan menari terlebih dulu, si jantan akan menyusul belakangan.

Terdapat 3 bagian dalam tari Cendrawasih. Pertama adalah Pepeson yang ditandai dengan masuknya penari pertama yang langsung menampilkan berbagai gerakan. Kemudian saat penari kedua naik ke panggung, berarti telah masuk pada bagian Pengawak. Di sini kedua penari akan menari bersama. Setelah itu diakhiri dengan bagian penutup atau Pengipuk.

Dari segi pakaian, hal yang paling mencolok adalah selendang lebar keemasan yang memberi kesan anggun bagi penari. Selain itu, juga terdapat tutup kepala yang menyerupai jambul. Dengan pencahayaan yang tepat, pakaian ini akan tampak begitu mewah. 



12. Tari Buja Kadanda (NTB)



Tari Buja Kadanda (NTB)

Bertema keprajuritan, tari berpasangan asal Bima ini ditarikan oleh 2 orang laki-laki. Kedua penari menggunakan pakaian yang dilengkapi senjata, dan bergerak seolah sedang berperang satu lawan satu. Dengan tema tersebut, gerakan tari pun mengandung unsur bela diri.

Nama lain dari tari ini adalah tari Mpa'a Manca yang disebut-sebut berasal dari sebuah tradisi sebelum perang. Pada zaman dahulu, pemuda yang akan pergi berperang harus menyerahkan senjatanya kepada bibinya terlebih dulu. Tradisi ini dipercaya dapat memberi keselamatan saat berperang.

Secara lebih spesifik, tari ini hanya bisa ditemukan di desa Maria. Usianya diperkirakan sekitar 700 tahun. Tidak diketahui bagaimana awal mula perkembangannya hingga menjadi kesenian rakyat khas daerah tersebut.


13. Tari Caci (NTT)



Tari Caci (NTT)

Bergeser sedikit ke arah timur, tepatnya di daerah Manggarai, NTT, terdapat tari Caci. Sama seperti tari Buja Kadanda, tari Caci juga bertemakan perang atau keprajuritan. Pertarungan yang dimainkan adalah berupa adu cambuk. Meskipun begitu, tarian ini sebenarnya dipertunjukkan dalam rangka perayaan syukuran, baik untuk hasil panen, kesehatan, mau pun peresmian.

Sebagai tari berpasangan, tari ini dimainkan oleh 2 orang laki-laki dengan pakaian dan perlengkapan khusus. Penari mengenakan pelindung dari pinggang hingga betis serta pelindung wajah. Sementara tubuh bagian tengah dibiarkan terbuka tanpa pakaian dan merupakan sasaran cambuk.

Peralatan dalam tari Caci seperti cambuk dan perisai juga memiliki makna tersendiri. Cambuk dianggap sebagai simbol kejantanan sementara perisai simbol kewanitaan. Perpaduan keduanya merupakan harmoni dalam kehidupan.


14. Tari Tandak Sambas (Kalimantan Barat)


Tari Tandak Sambas (Kalimantan Barat)

Berasal dari permainan rakyat, tari tradisional ini merupakan tari berpasangan antara laki-laki dengan laki-laki. Tidak ada aturan khusus dalam gerakannya karena tari ini juga bebas diikuti penonton. Namun pada perkembangannya, perempuan kemudian juga bisa menjadi penari Tandak Sambas.Aturan mengenai gerakannya juga mulai dibuat meskipun tetap ada ruang untuk kreasi. 

Tari Tandak Sambas diiringi oleh alat musik berupa tetabuhan. Selain itu, ada juga seorang vokalis yang menyanyikan lagu tertentu seperti "Bujang Betanda" dan "Sarang Bubut". Keduanya merupakan lagu rakyat Melayu Sambas. Berhentinya tetabuhan dan nyanyian merupakan pertanda bahwa tarian pun berakhir.


15. Tari Maengket (Sulawesi Utara)


Tari Maengket (Sulawesi Utara)

Berasal dari Minahasa, tari Maengket merupakan tanda syukur atas hasil panen yang diberikan oleh dewi kesuburan. Dengan perkembangan zaman, tarian ini kemudian menjadi salah satu ikon pariwisata Sulawesi Utara. Pada saat ini, terdapat 3 jenis tari Maengket, yaitu maowey kamberu (panen padi), marambak (rumah baru), dan lalayaan (pergaulan).

Tari Maengket dibawakan oleh beberapa pasang laki-laki dan perempuan secara bersamaan. Terdapat alat musik tabuh sebagai pengiringnya serta lagu yang dinyanyikan oleh para penari sendiri. Uniknya, tarian ini diawali oleh penampilan seorang penari perempuan yang merupakan pemimpin tari. 


16. Tari Dondi (Sulawesi Tengah)


Tari Dondi (Sulawesi Tengah)

Pertunjukan tari ini dibawakan bersama syair-syair yang langsung dinyanyikan oleh penari. Tari Dondi merupakan sebuah ungkapan rasa syukur dan bisa ditarikan di berbagai tempat terbuka mau pun panggung.

Kesenian ini merupakan adat masyarakat Pekurehua atau Lore. Secara bahasa, dondi dapat diartikan sebagai janji. Hal ini sesuai dengan sejarah tari ini yang berasal dari kesepakatan masyarakat Pekurehua pada abad 18 untuk bersatu. 


17. Tari Cakalele (Maluku Utara)

Tari Cakalele (Maluku Utara)

Dibawakan oleh belasan pasangan penari, tari Cakalele bisa disebut tari berpasangan mau pun kelompok. Tari yang berasal dari Maluku Utara ini merupakan tari perang. Karena itu penari laki-laki dilengkapi dengan parang dan perisai yang disebut salawaku. Sementara penari perempuan dilengkapi dengan lenso alias sapu tangan.

Pada pertunjukannya, penari laki-laki bergerak lincah dengan berjingkrak-jingkrak. Gerakan kaki ini juga diikuti dengan gerakan tangan yang mengayunkan parang dan salawaku. Bersamaan dengan itu, penari perempuan juga mengayunkan tangan yang memegang lenso. Sementara kaki bergerak menghentak-hentak.

Tari Cakalele mengandung makna kepahlawanan, pertahanan martabat dan harga diri, hingga penghormatan terhadap nenek moyang. Itu menyebabkan tarian ini terkadang mendatangkan suasana mistis. Hal ini dikarenakan adanya arwah nenek moyang yang kehadirannya bahkan bisa dirasakan oleh para penduduk.


18. Tari Tide-Tide (Maluku Utara)


Tari Tide-Tide (Maluku Utara)

Masih dari Maluku Utara, tari berpasangan lainnya datang dari daerah Halmahera Utara, yaitu tari Tide-Tide. Tarian ini dibawakan oleh laki-laki dan perempuan sebanyak 4-6 orang. Terdapat beberapa gerakan khas dari tarian ini. Misalnya gerakan seperti dansa serta gerakan kaki yang menyesuaikan ayunan tangan.

Gerakan-gerakan dasar tersebut pada saat ini sering mendapatkan penambahan variasi. Ini bertujuan untuk mempertahankan daya tariknya di tengah perkembangan zaman. Musik pengiring tari ini masih berasal dari instrumen-instrumen tradisional, misalnya tifa, gong, hingga seruling. Temponya disesuaikan dengan gerakan penari. 

Para penari yang membawakan tarian ini biasanya mengenakan pakaian adat. Perempuan menggunakan kebaya dan hiasan rambut. Sementara penari laki-laki akan menggunakan kemeja dan celana panjang. Selain itu, mereka juga mengenakan tutup kepala dengan warna senada.


19. Tari Katreji (Maluku)


Tari Katreji (Maluku)

Seperti tari Campak yang mendapat pengaruh dari budaya Portugis, tari Katreji pun demikian. Sebagian dapat dilihat dari gerakannya yang berputar dan saling bergandengan. Tarian ini menggambarkan keceriaan dalam pergaulan muda mudi. 

Pakaian yang dikenakan dalam tari berpasangan ini dapat dikatakan sederhana. Penari perempuan mengenakan kain panjang sebagai bawahan dan kebaya untuk atasan. Bagian kepala akan dihias dengan bunga-bunga. Penari laki-laki pun akan mengenakan baju panjang dan celana panjang.



20. Tari Wutukala (Papua Barat)


Tari Wutukala (Papua Barat)

Diawali dengan ajakan untuk berburu ikan yang disambut teman-temannya, jalan cerita dalam tari Wutukala pun dimulai. Dibawakan oleh sekitar 6 orang penari laki-laki, tari ini menceritakan tentang proses perburuan ikan. Maka dari itu, mereka menari dengan membawa properti berupa tombak.

Tidak lama kemudian, penari perempuan masuk dengan membawa noken, yaitu tas dari daerah Papua. Dari sinilah tari ini menjadi tari berpasangan. Peran perempuan di sini adalah mengumpulkan ikan hasil buruan ke dalam noken.

Cerita berlanjut dengan munculnya kesulitan dalam perburuan menggunakan tombak. Cara berburu pun berubah, yaitu menggunakan bubuk akar tuba. Penari laki-laki akan masuk ke air untuk menaburkan bubuk tersebut. Para perempuan menunggu ikan-ikan pusing untuk ditangkap.

Dalam tari berpasangan milik suku Moy ini, para penari menggunakan pakaian yang serupa baik laki-laki mau pun perempuan. Ada tutup kepala dari bulu burung cendrawasih dan bawahan yang terbuat dari daun sagu. Untuk musiknya, tifa merupakan alat musik utama yang menjadi pengiring tarian ini.




Demikianlah 20 contoh tari berpasangan yang tersebar di seluruh Indonesia. Penting bagi generasi muda untuk mengetahuinya karena tari-tari tersebut merupakan kekayaan budaya bangsa. Lebih bagus lagi jika ada upaya untuk mempelajarinya sebagai langkah nyata pelestarian tradisi nusantara.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel